Kontras.id, (Gorontalo) – Tidak mau hilang dari pembahasan diberbagai tempat sebagai sosok kuat Calon Gubernur Gorontalo, eks punggawa Partai Golkar Provinsi Gorontalo, Syarif Mbuinga malah lebih memilih ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI).
Bahkan isu yang berkembang saat ini, bahwa Syarif maju sebagai DPD RI hanya sebagai tolak ukur untuk maju pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2024 nanti.
Jika diukur dari peta kekuatan wilayah, sampai saat ini Syarif masih tangguh dari wilayah barat, Kabupaten Pohuwato dan Boalemo. Bahkan, mantan Bupati Pohuwato dua periode ini bisa dibilang mudah untuk mendapatkan Partai Politik sebagai kendaraannya ke Pilgub 2024. Namun, hal itu tidak dilakukannya dan malah memilih ke DPD RI.
Namun mantan Bupati Pohuwato dua periode itu membantah bahwa isu dirinya maju ke DPD RI hanyalah satu dari berbagai cara untuk dirinya maju ke Gubernur. DPD RI sudah menjadi pilihan politiknya.
“Saya ucapkan terimakasih yang mendalam atas dukungan dari masyarakat untuk saya maju ke gubernur. Namun, keputusan saya untuk maju ke DPD-RI, bagi saya ini pilihan yang memiliki alasan berdasarkan hasil konstelasi yang panjang dan dalam,” ungkap Syarif Mbuinga kepada awak media di rumah pribadinya, Minggu 19/03/2023.
Syarif mengatakan, dia tak ingin berada pada zona konflik yang berkepanjangan menjadi alasannya untuk tidak ingin bertarung pada pemilihan gubernur nanti.
“Saya tidak ingin menjadi bagian dari catatan sejarah kontestasi politik yang kontestasi itu lantas menguras energi kita. Memang pada kontestasi ada menang dan kalah, namun efek atau dampak dari kontestasi tersebut yang sampai menggerus energi kita dan itu akan menjadi ‘konflik yang berkepanjangan’ dan pada akhirnya itu berdampak pada harapan kita, tanggung jawab kerakyatan kita bisa saja terabaikan,” jelas Syarif.
Disebut memilih berada pada zona nyaman, menurut Syarif, 23 tahun berkarier di dunia politik memiliki satu musuh terlalu banyak, dan seribu sahabat terlampau sedikit dalam perspektif politiknya.
“23 tahun saya ada di dunia ini, dunia politik. Nah, perjalanan panjang ini terlalu bodoh saya lantas tidak menemukan tentang apa intisari yang menyebabkan ketika orang mengatakan gorontalo itu seperti ini, terlalu bodoh saya, dan saya bukan seorang ‘super power’ yang bisa melakukan perubahan terhadap kondisi yang tidak ideal tersebut,” tegas Syarif.
“Tetapi, bagi saya sebagai bagian dari rakyat gorontalo, putra gorontalo, naif rasanya jika saya tidak berjuang untuk melakukannya, sekalipun saya tidak menjamin apakah saya mampu melakukan hal tersebut,” tutup Pa Sisa, sapaan akrab Bupati Pohuwatio dua periode itu.
Penulis Khalid Moomin