Kontras.id, (Gorontalo) – Tim pemenangan pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo, Nelson Pomalingo dan Kris Wartabone (Nelson-Kris), Alfian Biga menyampaikan keprihatinan mereka atas musibah yang menimpa seorang peserta lari Gorontalo Half Marathon (GHM) di Kota Gorontalo yang harus mengalami patah tulang rusuk akibat terjatuh ke dalam trotoar.
Kabarnya korban mengalami cedera berat akibat terjatuh ke dalam trotoar yang tidak tertutup di perempatan kompleks klenteng tulus harapan, Jalan S. Parman, Kelurahan Biawao, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, Minggu 27 Oktober 2024.
“Kami selaku tim pemenangan Nelson-Kris turut prihatin atas musibah yang menimpa salah satu peserta GHM, semoga korban segera sembuh dan beraktivitas,” ucap Alfin kepada Kontras.id, Rabu 30/10/2024.
Menurut Alfian, korban terjatuh bukan karena akibat kelelahan, melainkan akibat tantangan tambahan yang ditawarkan oleh trotoar mangkrak di perempatan kompleks klenteng tulus harapan, Kota Gorontalo.
“Siapa bilang trotoar cuma buat jalan santai? Di sini, trotoar adalah rintangan tersendiri!” ujar Alfian.
Alfian mengatakan bahwa kejadian ini seharusnya mengingatkan kita betapa inovatifnya Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo. Bagaimana tidak, kata Alfian, trotoar yang seharusnya berfungsi sebagai jalur aman justru telah diubah menjadi arena uji nyali bagi warga.
“Tampaknya Pemerintah Kota punya visi luar biasa dalam menguji mental dan fisik warganya. Berani berjalan di trotoar kami? Selamat, anda sudah melewati level keberanian baru,” kata Alfian.
Alfian menambahkan, dirinya sangat berharap agar korban insiden ini cepat sembuh dan bisa kembali beraktivitas. Tentu saja, dia juga berharap pemerintah kota tidak tinggal diam dan segera merampungkan proyek trotoar yang terhenti ini.
“Jangan sampai ini jadi tren. Apa kita harus menyediakan layanan kesehatan ekstra di sepanjang trotoar yang belum selesai?” tanya Alfian.
Alfian menyampaikan bahwa yang membuat situasi semakin miris adalah bahwa proyek trotoar tersebut dibiayai dari pinjaman Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dana yang seharusnya menggerakkan perekonomian pasca pandemi malah tertahan di proyek mangkrak.
“Pemerintah Kota mungkin berpikir, biarkan trotoar ini terbengkalai, biar masyarakat belajar mandiri, belajar menyelamatkan diri,” ucap Alfian.
Alfian mengatakan bahwa dana publik seperti PEN harus digunakan untuk proyek yang benar-benar selesai, bukan sekadar untuk pamer janji.
“Mungkin bagi pemerintah, menyelesaikan trotoar bukanlah prioritas, karena mereka sudah terbiasa dengan pemandangan infrastruktur terbengkalai. Tapi bagaimana dengan keselamatan warga yang sebenarnya membayar pajak untuk kenyamanan mereka sendiri?” tutur Alfian.
Tidak lupa, Alfian juga mengomentari bahwa insiden ini adalah salah satu dari banyak bukti nyata ketidakseimbangan antara anggaran besar dan kualitas kerja.
“Apa guna dana miliaran rupiah kalau ujung-ujungnya hanya menghasilkan trotoar ala obstacle course (lintasan halang rintang) seperti ini? Kalau begini, olahraga ekstrem bisa digelar langsung di pusat kota tanpa perlu mengeluarkan biaya lebih,” sindir Alfian.
Lebih lanjut, Alfian menekankan bahwa proyek trotoar ini seharusnya menjadi fasilitas yang ramah bagi pejalan kaki, bukan jebakan tak kasat mata. Ia berharap Pemkot Gorontalo segera berbenah dan belajar dari insiden ini.
“Jika mereka peduli, semestinya trotoar ini sudah berfungsi. Tapi mungkin Pemerintah Kota punya definisi berbeda tentang kata ‘peduli,'” ucap Alfian.
Alfian berharap bahwa insiden ini membuka mata banyak pihak, terutama pemerintah agar lebih serius dalam menjalankan proyek-proyek publik.
“Bayangkan kalau suatu hari trotoar ini benar-benar rampung. Itu pasti akan jadi sejarah: trotoar yang butuh waktu lama dan menghabiskan dana besar, tapi akhirnya benar-benar selesai!” terang Alfian.
“Saya harap kepada Pj. (Penjabat) Walikota Gorontalo untuk segera menyelesaikan proyek tersebut, meski proyek mangkrak itu merupakan hasil karya peninggalan pemerintahan sebelumnya,” tandas Alfian.