Kontras.id, (Gorontalo) – Jumlah korban tewas akibat longsor di tambang emas Suwawa Blok 1, Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bonebolango, Gorontalo kabarnya terus bertambah.
Dilansir dari sejumlah media sampai hari ini Senin 8 Juni 2023 8 Juli 2024 pukul 20:34 WITA, korban telah mencapai 104 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 orang dinyatakan meninggal dunia, 44 orang selamat, dan 48 orang masih dalam pencarian.
Namun sayang, bencana alam longsor yang menelan puluhan nyawa penambang tersebut bertepatan dengan agenda Penjabat (Pj) Gubernur Gorontalo, Mohammad Rudy Salahuddin di luar daerah.
Kontras.id telah mengkonfirmasi Kepala Dinas (Kadis) Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Gorontalo, Rifli Katili terkait kepulangan Pj.Gubernur. Kata dia, Mohammad Rudy Salahuddin akan pulang besok ke Gorontalo.
“Masih agenda diluar daerah. Terinformasi kembali besok,” kata Rifli kepada Kontras.id via pesan whatsapp, Senin 08/07/2024.
Keberadaan Pj. Gubernur yang sedang berada di luar daerah mendapatkan tanggapan dari aktivis yang juga Calon Anggota DPRD Provinsi Gorontalo terpilih Partai Nasdem, Umar Karim. Menurut Umar, petaka yang menimpa para penambang sangat tragis. Sehingga sebagai top leader dalam pemerintahan, Pj. Gubernur harusnya saat ini berada di dalam daerah.
“Gubernur harusnya memiliki sensitivitas, sense of belonging nya harus kuat dalam masalah ini. Sebab ini bukan masalah sepele, ini soal puluhan nyawa rakyat Gorontalo, ini soal kemanusiaan, masa sudah dua hari bencana tetap masih di luar daerah,” ucap Umar melalui keterangan tertulis yang diterima Kontras.id, Senin 08/07/2024.
Umar menyampaikan bahwa sesuai ketentuan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah daerah ikut bertanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
“Gubernur sebagai kepala penyelenggaraan pemerintahan yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tingkat provinsi, harusnya memimpin langsung penanggulangan bencana. Sehingga memudahkan dalam mengkoordinasikan SDM dan logistik, sehingga akan maskimal penanggulangannya,” terang Umar.
“Ingat bisa jadi masih ada yang tertimbun dalam longsoran yang masih bisaa diselamatkan nyawanya sehingga penanggulangan harus maksimal,” imbuh UK, sapaan akrabnya.
UK menjelaskan bawah Gorontalo secara sosial adalah homogen, sehingga mayoritas masyarakat Gorontalo saling memiliki pertalian keluarga. Banyaknya korban longsor, kata UK, kesedihannya sangat terasa bagi kebanyakan masyarakat. Karena jika dirunut para korban masih saling memiliki pertalian keluarga dengan mayoritas masyarakat Gorontalo.
“Harusnya Gubernur benar-benar dapat menyelami perasaan mayoritas rakyat Gorontalo sehingga apapun urusannya di luar daerah, Gubernur harus prioritaskan penanganan masalah longsor tambang,” kata UK.
Menurut UK, ratusan polisi dan TNI yang telah dikerahkan oleh Kapolda Gorontalo dan Dandrem 133/NWB (Nani Wartabone) dalam penanggulangan longsor merupakan langkah yang sangat progressive.
“Kapolda dan Dandrem benar-benar telah bergerak cepat dengan menurunkan ratusan Polisi dan TNI, mereka sangat care. Sudahlah, Gubernur cepat pulang datang urus rakyatmu, dipersingkat saja perdisnya (perjalanan dinas),” tandas UK.
Penulis Thoger