Example floating
Example floating
DaerahPeristiwa

Mahasiswa Kecewa Tak Ditemui Gubernur Gorontalo dan DPRD Saat Aksi Tolak RUU

×

Mahasiswa Kecewa Tak Ditemui Gubernur Gorontalo dan DPRD Saat Aksi Tolak RUU

Sebarkan artikel ini
Tolak RUU
Suasana demontrasi penolakan RUU oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bersama Paguyuban di Gorontalo di Bundaran Saronde, Kota Gorontalo, Gorontalo, Kamis 27 Juni 2024,(foto Istimewa).

Kontras.id, (Gorontalo) – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bersama Paguyuban mengaku kecewa terhadap Penjabat (Pj) Gubernur Gorontalo, Mohammad Rudy Salahuddin dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, Paris Yusuf.

Kekecewaan mahasiswa tersebut dikarenakan oleh kedua penjabat tinggi di Gorontalo itu tidak hadir pada aksi damai terkait penolakan Rancangan Undang-undang (RUU) Polri, TNI, Penyiaran dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tapera di Bundaran Saronde, Kota Gorontalo, Kamis 27/06/2024.

Presiden BEM Universitas Gorontalo, Harun Alulu menegaskan bahwa mereka merasa kecewa terhadap Pj. Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo karena tidak datang menemui masa aksi saat menggelar unjuk rasa.

“Kami sangat kecewa dengan DPRD Provinsi dan Penjagub karna tidak datang menemui masa aksi dan menandatangani petisi penolakan terhadap RUU TNI, POLRI dan Penyiaran serta mendukung untuk dicabutnya peraturan TAPERA,” tegas Harun kepada Kontras.id.

Baca Juga: Aliansi BEM dan Paguyuban di Gorontalo Gelar Aksi Tolak Sejumlah RUU

Harun mengungkapkan, pihaknya telah akan tetap melakukan demontrasi jika petisi mereka tidak ditandatangani oleh Pj. Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo.

“Kami telah berembuk antara pimpinan organisasi mahasiswa, keputusannya adalah aksi ini akan tetap berlanjut dengan organisasi yang sama, yakni aliansi BEM dan Paguyuban di Gorontalo sampai petisi yang kami bawa di tanda tangani,” ungkap Harun.

Menurut Harun, unjuk rasa penolakan RUU Polri, TNI, Penyiaran dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tapera sangat penting dilakukan untuk mencegah semangat reformasi tahun 1998 ternodai.

“Pentingnya gerakan penolakan RUU TNI dan Polri serta RUU penyiaran sebab kita tidak mau semangat reformasi 98 di nodai oleh kepentingan elit,” tandas Harun.

Sebelumnya, puluhan mahasiswa dari berbagai universitas yang tergabung pada Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Paguyuban di Gorontalo menggelar aksi tolak RUU Penyiaran, Polri, TNI dan Peraturan Pemerintah (PP) Tentang Penyelenggaraan Tapera di Bundaran Saronde, Kota Gorontalo, Kamis 27/06/2024.

Penulis Thoger
Share :  
Example 120x600