Kontras.id (Kabupaten Gorontalo) – Dimata Helmy Hippi, Prof. Nelson Pomalingo adalah orang bijak, bukan tipe orang yang ambisius.
Kata Helmi, proses kontestasi demokrasi adalah suatu hal yang biasa dan tidak luar biasa bagi seorang Prof. Nelson Pomalingo.
“Karena itulah beliau bukan orang yang ngotot-ngototan, seperti orang lain jika ingin meraih sesuatu. Bahkan kami menilai, dia sosok yang tidak ambisius,” tutur Helmy menggambarkan sosok Nelson Pomalingo kepada awak media, Senin 25/01/2021.
Helmi mengungkapkan, pada proses demokrasi diawal berdirinya Propinsi Gorontalo, Nelson termasuk salah satu kandidat calon Gubernur. Tapi dia tidak ngotot dan memberikan ruang kepada orang-orang yang punya kapasitas serta keinginan membangun Gorontalo.
“Pada kontestasi Pilgub lalu, beliau sebagai Calon Wakil Gubernur menjadi orang yang pertama memberikan selamat buat pemenang, NKRI. Dirinya tidak menandatangani gugatan ke MK,” ucap Helmy.
Senada dengan Helmy, Adam Kasim selaku masyarakat Limboto mengaku mendengar cerita itu. Bahwa Nelson tidak menandatangani gugatan, karena menghormati pilihan rakyat kala itu.
“Saya mendengar seperti itu. Beliau tidak mau jika tindakannya hanya lahir karena keterpaksaan, bukan karena ada ketidak-beresan dalam Pilgub. Nelson adalah sosok yang bijaksana dalam berpikir, sehingga bagi kami dia sosok yang layak memimpin daerah karena bukan orang ambisius,” tutur Adam.
Helmi megatakan, disaat Pilkada kemarin, kalau mau Prof. Nelson bisa menggunakan kapasitasnya sebagai Bupati untuk mengintimidasi ASN agar melakukan kecurangan demi kemenangan dirinya. Namun hal itu tak dilakukan oleh beliau, karena ia tidak ingin menang curang.
“Disaat Pilkada beliau tak ada perintah apa apa, baik kepada SKPD, Camat atau siapapun. Buktinya kami mendengar isu hampir 90% ASN tidak mendukung Prof. Nelson Pomalingo,” terang Helmy.
“Beliau membiarkan proses itu berlangsung dengan baik, sewajarnya dan apa adanya. Sama sekali tidak melakukan intervensi terhadap pemerintahan. Jadi pada dasarnya proses kontestasi ini adalah proses yang diinginkan oleh rakyat,” sambung Helmy.
Oleh sebab itu menurut Helmy, rakyat sudah memilih. Semestinya kalau memang menjadi pemimpin yang bijak, negarawan, harusnya tidak ambisius dan memperlihatkan jiwa kenegarawanan.
“Paling ideal itu harus berjiwa besar, menerima dan menghargai pilihan rakyat. Bukan menyampaikan bahwa rakyat adalah tukang bohong dan sebagianya,” tukas Helmy.
Ditempat yang sama, salah satu tokoh pemuda Bongomeme Cs, Edi Nurkamiden menyampaikan, bahwa Prof. Nelson Pomalingo adalah orang yang selalu menghormati proses. Apapun yang terjadi, Nelson selalu melaluinya dengan baik dan tidak grasak-grusuk.
“Bisa saja seluruh pendukung melakukan tindakan apa saja bagi siapa yang menentang, tetapi beliau selalu mengingatkan untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merusak tatanan demokrasi. Karena tujuan Prof. Nelson ingin membangun daerah, bukan merusaknya,” tutup Edi.
Penulis : Rollink Djafar
Editor : Anas Bau