Example floating
Example floating
DaerahOlahragaPemerintahan

Soal Proses Pencairan Dana Hibah Koni, Ini Penjelasan Helmin Hippy

×

Soal Proses Pencairan Dana Hibah Koni, Ini Penjelasan Helmin Hippy

Sebarkan artikel ini
Helmin Ibrahim P. Hippy
Foto : Ketua Koni Kabupaten Gorontalo, Helmin Ibrahim P. Hippy,(foto Rollink/Kontras.id).

Kontras.id (Kabupaten Gorontalo) – Ketua Koni Kabupaten Gorontalo, Helmin Ibrahim P. Hippy angkat bicara terkait dana hibah organisasinya dipertanyakan para Anggota DPRD, karena proses pencairannya disaat kondisi pandemi Covid-19.

Kata Helmin, proses pencairan dana hibah Koni oleh pemerintah daerah dilaksanakan pada bulan Februari 2020, sesuai dengan program pembangunan keolahragaan yang sudah terencana sebelumnya.

“Pencairan tahap satu bulan February disaat kegiatan kita sudah mulai dilaksanakan pada bulan itu. Proses pencairan tahap dua barulah di bulan Maret,” terang Helmin kepada Kontras.id di ruang kerjanya, Kamis 01/10/2020.

“Jadi tidak semata-mata pencairan pada bulan maret keseluruhan, tapi dimulai pada tahap pertama bulan February saat sebelum datangnya pandemi,” sambung Helmin.

Pria yang sering disapa Helmi ini menjelaskan, pelaksanaan program maupun pencairan dana hibah untuk Koni sebelum lahirnya intruksi Persiden, Gubernur, Bupati, mapun maklumat Kapolri untuk menghentikan kegiatan keolahraan karena pandemi Covid-19.

“Pada pelaksaan intruksi Persiden, Gubernur, Kapolda ataupun lahirnya maklumat Kapolri pada akhir maret, kegiatan kita sudah jalan sejak februari. Salah satunya pelaksanan kompotisi Liga Desa piala Gemilang, yang dimulai dari Kecamatan Asparaga,” jelas Helmi.

“Saat pelaksanan kompetisi Liga Desa berjalan barulah maklumat Kapolri keluar, itu pun kompetisinya sudah di Kecamatan Tolangohula. Oleh Bupati kita ajak menggelar rapat bersama, beliau meminta kompetisi ditunda sementara dan itu kita patuhi,” lanjut Helmi.

Hemi mengatakan, dengan berhentinya kompetisi bukan berarti program Koni sudah tidak jalan. Disaat pandemi banyak program Koni yang dijalankan, tapi dengan mengedepankan protokol kesehatan. Salah satu programnya adalah pembentukan mager ofisial utuk tiga cabang olah raga dimasing-masing desa.

“Untuk kondisi pencairan dana pengebangan, peningkatan, pengeloalaan pembinaan keolahragaaan menurut saya atau kita semua itu terlalu kecil dalam organisasi keolahragaan. Itu sangat kecil, nol sekian persen dari anggaran APBD,” kata Helmi.

Menurut Helmi, anggaran 1.5 untuk pencapaian prestasi keolahragaan dan memenuhi 15 cabang olah raga yang 10 diantaranya produktif sangatlah kecil.

“Untuk meningkatkan prestasi dibidang keolahragaan, saya malah berharap agar  pemerintah dan DPRD meningkatkan besaran anggaran untuk Koni, bukan malah mempermasalahkan jumlah anggaran yang sudah terlalu kecil,” harap Helmi.

Penulis : Rollink Djafar
Redaktur : Anas Bau
Share :  
Example 120x600