Kontras.id, (Gorontalo) – Dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh salah satu personel dari Wahana Ganteng Ganteng Ceria (GGC) berinisial AN, telah memicu gelombang protes dan seruan boikot di Gorontalo Utara.
Insiden ini dinilai telah memicu kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk aktivis lokal yang menuntut agar wahana tersebut tidak diberi izin untuk beroperasi di wilayah mereka.
Wakil Koordinator Bidang Hukum dan HAM BEM Provinsi Gorontalo, Misran Male, menjadi salah satu tokoh yang lantang menyuarakan seruan boikot tersebut. Ia mengajak masyarakat Gorontalo Utara untuk menolak keberadaan wahana GGC bila akan menggelar pasar malam di daerah itu.
“Sebagai warga Gorontalo Utara, saya mengajak seluruh masyarakat untuk memboikot tempat kerja pelaku (Wahana GGC) yang diduga terlibat pemerkosaan. Jangan sampai mereka dibiarkan menggelar pasar malam di sini,” ujar Misran kepada Kontras.id, Kamis 17/10/2024.
Menurut Misran, jika wahana tersebut tetap diperbolehkan beroperasi di Gorontalo Utara, ada kekhawatiran akan munculnya kasus serupa di kemudian hari.
“Kami khawatir ini bukan kasus pertama, dan bisa saja akan ada korban lain jika mereka dibiarkan beroperasi terus di sini,” kata Misran.
Misran juga mendesak pihak kepolisian, khususnya Polres Gorontalo Utara agar tidak memberikan izin keramaian kepada Wahana GCC untuk menggelar acara mereka di daerah tersebut.
“Kami mendesak Polres Gorontalo Utara untuk mengambil tindakan tegas. Jangan keluarkan izin keramaian, karena kami tak ingin ada korban tambahan,” tegas Misran.
Baca Juga: Diduga Perkosa Seorang Wanita, Oknum Personel Pelaksana Pasar Malam di Gorontalo Dipolisikan
Misran menyampaikan bahwa kabar dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh AN telah menciptakan keresahan di kalangan masyarakat.
“Banyak warga yang mulai waspada dan mempertanyakan apakah keberadaan wahana tersebut aman bagi mereka. Kami menilain seruan boikot ini sebagai langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terulang,” terang Misran.
Misran mengatakan bahwa kasus dugaan pemerkosaan ini tidak hanya mencoreng reputasi GCC, tetapi juga mengangkat isu penting terkait keamanan warga saat berpartisipasi dalam kegiatan hiburan di daerah mereka.
“Pertanyaan tentang tanggung jawab pihak penyelenggara acara dan tindakan preventif untuk mencegah kejahatan serupa pun perlu kami pertanyakan,” tandas Misran.
Sementara itu, penanggung jawab lapangan Wahana GCC, Aldyansa menjelaskan bahwa pelaku bukan merupakan pegawai tetap di wahana terkait. Yang bersangkutan, kata Aldyansa, dipakai hanya disaat ivent tertentu.
“Jadi yang bersangkutan ini bukan pegawai tetap kami. Kami memakai jasanya sebagai MC (Master of Ceremony) disaat ivent malam kamis dan malam minggu saja. Usai manggung, jasanya kami bayar. Jadi dia bukan pegawai tetap,” jelas Aldyansa.
“Kami selaku penanggungjawab wahana GGC meminta maaf atas insiden ini. Kami juga tidak menduga akan terjadi seperti ini,” tandas Aldi, sapaan akrabnya.