Kontras.id, (Aceh) – Rumah Sakit Umum (RSU) Kasih Ibu Lhokseumawe membantah tudingan telah melakukan malpraktek terhadap pasien operasi pengangkatan peluru angin Riyan Alvandra (4) yang menyebabkan usus pasien terburai seperti yang dituduhkan pihak keluarga korban.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh pemilik RSU Kasih Ibu Lhokseumawe, Hj. Herawati S.H., didampingi Direktur dr. Zul Fitriadi Aziz dan dokter yang menangani pasien dr. Muhammad Khairul Akbar SPb, Senin 23/05/2022.
Turut dihadir keluarga korban yang sekaligus menyampaikan penyesalan dan meminta maaf telah melontarkan tudingan tidak benar terkait malpraktek ke dokter di RSU Kasih Ibu Lhokseumawe.
Herawati mengatakan, penanganan awal yang dilakukan terhadap pasien Riyan Alvandra sudah dilakukan sesuai standar penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
“Tim dokter sudah melakukan segala rangkaian atau tahapan dalam proses operasi terhadap pasien Riyan Alvandra untuk mengangkat peluru angin yang bersarang di perut korban dan sudah memberitahukan kepada orang tua korban bahwa kemungkinan bisa dikeluarkan atau tidak,” kata Herawati.
Herawati membantah, jika operasi dilakukan sebelum keluar hasil rontgen. Kata dia, sebelum operasi dilakukan pihak rumah sakit sudah memberikan edukasi kepada orang tua pasien terkait kondisi pasien sekaligus memperlihatkan hasil rontgen bahwa posisi peluru sudah jauh masuk ke dalam perut pasien. Operasi dilakukan setelah adanya persetujuan dari pihak keluarga.
Herawati menjelaskan, meski pihaknya tidak berhasil mengeluarkan peluru tersebut, akan tetapi tim dokter melihat bahwa pasien mengidap usus buntu yang sudah sangat fatal jika tidak segera dioperasi.
“Memang kita tidak dapat mengeluarkan peluru tersebut karena keterbatasan alat seperti C Arm Radiography Fluoroscopy, atau alat radiologi yang dibutuhkan dalam proses operasi untuk melihat gambar atau objek yang dapat dilihat langsung dengan cara fluoroskopi. Namun tim dokter berhasil memotong usus pasien yang sudah terinfeksi,” jelas Herawati.
Herawati menyampaikan, tim dokter yang menangani pasien telah melakukan yang terbaik dan mendampingi pasien untuk memastikan perkembangan kesehatan apapun hingga diperbolehkan pulang dengan status rawat jalan.
“Saat pasien sudah di rumah, tim dokter terus memantau kondisi pasien. Namun tiba-tiba jahitannya lepas dan dibawa kesini. Tidak benar jika tim dokter tidak mau menangani kembali pasien. Tim dokter saat itu melakukan yang terbaik untuk pasien yang dalam kondisi usus terburai dengan memberikan penanganan cepat dan kemudian dirujuk ke RSU Zainal Abidin di Banda Aceh,” tegas Herawati.
“Kita terus pantau kondisi pasien, bahkan saat di RSU Zainal Abidin juga kita pantau terus perkembangannya. Namun sangat disayangkan perjuangan tim media yang menangani pasien dituding melakukan kelalaian,” sebut Herawati.
Herawati meminta, keluarga pasien yang tidak mengetahui kronologis kejadian untuk tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan yang dapat merugikan pihaknya. Apalagi RSU Kasih Ibu Lhokseumawe didirikan untuk melayani kesehatan masyarakat.
“Nurul Asma jangan sembarangan menuding. Segala proses dalam menangani pasien Riyan Alvandra, dilakukan dengan didampingi dan disetujui oleh orang tua pasien setelah maupun sebelum diberikan pemahaman dan edukasi. Pernyataan Nurul Asma tidak sesuai dengan apa kenyataan yang terjadi,” ungkap Herawat.
Sementara keluarga pasien, Nurul Asma mengaku khilaf dan menyesali pernyataannya yang telah menuding pihak RSU Kasih Ibu Lhokseumawe melakukan malpraktek. Kata Nurul, hal tersebut terjadi akibat kelalaiannya hingga menimbulkan keresahan masyarakat.
“Saya mohon maaf kepada pihak RSU Kasih Ibu dan masyarakat umum atas penyataan keliru saya terkait penanganan rumah sakit terhadap adik ipar saya. Saya berjanji tidak akan melakukan perbuatan yang sama hingga menimbulkan keresahan masyarakat serta merugikan pihak RSU Kasih Ibu,” ucap Nurul.
Penulis : Ahmad Mirzda