Kontras.id, (Gorontalo) – Tak hanya para aktivis, warganet juga ikut menyindir Kapolda Gorontalo, Irjen Pol. Widodo, atas maraknya aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di wilayah Gorontalo.
Beragam komentar tajam dilontarkan netizen yang menyoroti lemahnya penegakan hukum terhadap tambang ilegal.
Melalui akun TikTok resmi Kontras.id, sejumlah pengguna internet ramai mengomentari unggahan berita berjudul “Aktivis Sindir Kapolda Gorontalo, ‘Operasi Tiap Hari Tapi Aktivitas PETI Tetap Jalan’. Komentar-komentar tersebut ramai karena dinilai mewakili kegelisahan publik atas situasi tambang ilegal yang tak kunjung tuntas.
Salah satu netizen menulis sindiran keras dengan menyebut sikap tutup mata Polda Gorontalo terhadap aktivitas PETI justru dianggap ‘tepat’ karena jika ditindak, maka ‘setoran’ akan berhenti.
“Jelas tutup mata jika ditertibkan maka setoran akan berhenti,” ujar akun Sudarisman Selebes Putera, seperti dipantau Kontras.id, Sabtu 18/10/2025.
Komentar lain datang dari akun Pettaimran, yang menyebut aktivitas tambang ilegal tersebut jelas menguntungkan pihak tertentu.
“Pasti ada yang menguntungkan di situ (aktivitas PETI _red),” tulisnya singkat.
Netizen lain, Sagaf Bumulo bahkan menyamakan operasi PETI dengan operasi ginjal. Ia menyindir bahwa jika operasi ginjal cukup sekali untuk sembuh, maka operasi penertiban tambang ilegal justru hanya menambah ‘donasi’ baru.
“Klw oprasi tambang ikegal itu pak, tdk sama dngn oprasi ginjal, klw oprasi ginjal langsung hilang penyakitnya, klw oprasi tambang ilegal cuma tatambah donasinya,” ujarnya.
Tak kalah menarik, akun Fachrif Hasan menilai bahwa razia penertiban PETI di Gorontalo hanyalah kedok untuk ‘operasi pengumpulan angpao’.
“Operasi pengumpulan angpao,” tulisnya singkat.
Sementara itu, akun Bump mendesak agar pemerintah pusat segera mempercepat reformasi di tubuh Polri.
“Segerakan reformasi polri,” tegasnya.
Baca Juga: Kapolda Gorontalo Bantah Tutup Mata Soal Tambang Emas Ilegal
Sebelumnya, Kapolda Gorontalo Irjen Pol. Widodo telah menanggapi tudingan aktivis muda Naviq Gobel yang menyebut pihak kepolisian ‘tutup mata’ terhadap maraknya aktivitas PETI di daerah. Ia menegaskan bahwa Polda Gorontalo secara rutin melakukan operasi, pemetaan lokasi, serta identifikasi para pelaku tambang ilegal.
“Operasi tetap kita jalankan, setiap hari kita lakukan mapping dan framing terhadap orang-orangnya. Hasilnya bisa dilihat sendiri,” jelas Widodo melalui sambungan WhatsApp pada Senin, 13 Oktober 2025.
Widodo juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengamankan sejumlah alat berat jenis ekskavator hasil operasi di Kabupaten Pohuwato.
“Saat operasi penangkapan, ada beberapa alat berat yang dititipkan di Polres Pohuwato dan ada juga yang dibawa ke Polda. Itu salah satu buktinya,” ujar Widodo.
Baca Juga: Aktivis Sindir Kapolda Gorontalo, ‘Operasi Tiap Hari Tapi Aktivitas PETI Tetap Jalan’
Namun, pernyataan tersebut justru menuai kritik balik dari Naviq Gobel, aktivis muda sekaligus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gorontalo. Ia menilai penjelasan Kapolda justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan di publik.
“Kalau benar operasi dilakukan setiap hari seperti yang dikatakan Kapolda, kenapa aktivitas tambang ilegal masih hidup dan bahkan semakin terbuka? Ini paradoks yang sulit diterima akal sehat,” tegas Naviq kepada Kontras.id pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Naviq juga menyoroti penggunaan kata ‘dititipkan’ terhadap alat berat yang diamankan polisi. Menurutnya, istilah itu tidak jelas secara hukum dan menimbulkan kebingungan publik.
“Kata ‘dititipkan’ itu membingungkan publik. Dititipkan kepada siapa? Apakah sudah disita sebagai barang bukti atau hanya diamankan sementara? Kalau memang ada penegakan hukum, mestinya publik tahu siapa pemilik alat berat itu,” ujar Naviq.