Kontras.id, (Sangihe) – Peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2025 menjadi momentum penting bagi dunia pendidikan Indonesia.
Dalam pidatonya Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mukti yang dibacakan Bupati Kepulauan Sangihe, Michael Thungari di Lapangan Santiago menegaskan kembali peran guru sebagai agen perubahan peradaban, sekaligus meneguhkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan kesejahteraan tenaga pendidik di seluruh Indonesia.
“Guru bukan hanya menyampaikan ilmu. Guru membangun nalar kritis, mengasah hati yang jernih, dan membentuk akhlak mulia,” tegas Michael.
Michael mengatakan, selama satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Sugianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabumi, pemerintah pusat menggulirkan langkah konkret untuk mendorong peningkatan kualifikasi guru. Di antaranya, pemerintah menyalurkan beasiswa pendidikan sebesar Rp 3 juta per semester bagi guru yang belum menempuh jenjang D4 atau S1 melalui Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang menyasar 12.500 penerima.
Guru juga memperoleh penguatan kapasitas melalui serangkaian pelatihan strategis, seperti pendidikan profesi guru, upgrading kompetensi pendidik, pelatihan bimbingan konseling bagi guru konselor maupun non-konselor, kepemimpinan sekolah, pemanfaatan pembelajaran mendalam (deep learning), coding dan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI), serta pelatihan lain terkait dinamika digital.
Pada aspek kesejahteraan, kata Michael, pemerintah memberikan insentif dan tunjangan guru dengan skema tepat sasaran, tunjangan sertifikasi Rp 2 juta per bulan bagi guru non-ASN, tunjangan satu kali gaji pokok bagi guru ASN, insentif Rp 300.000 per bulan bagi guru honorer,
Seluruhnya ditransfer langsung ke rekening guru tanpa mekanisme perantara.
Meski begitu, Michael mengatakan bahwa pemerintah mengakui kebijakan ini belum sepenuhnya menjawab harapan. Abdul Mukti memastikan langkah-langkah lanjutan akan dilaksanakan secara bertahap.
Mulai tahun depan, kesempatan beasiswa akan diperluas hingga 150.000 guru.
Michael mengungkapkan bahwa insentif guru honorer meningkat menjadi Rp 400.000 per bulan, dan kewajiban mengajar 24 jam tatap muka tidak lagi mutlak diberlakukan. Pemerintah juga menetapkan satu hari belajar guru dalam sepekan, sebagai upaya memberikan ruang refleksi, peningkatan kapasitas, dan perencanaan pembelajaran.
“Kami (pemerintah pusat) ingin guru fokus pada tugas inti sebagai pendidik profesional mengajar, membimbing, dan meningkatkan kualitas diri,” ujar Michael.
Michael menyampaikan bahwa Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI menyoroti kompleksitas yang membayang profesi guru di era digital global. Hedonisme, materialisme, tuntutan publik yang tinggi, hingga tekanan sosial dan hukum membuat guru rentan secara mental, finansial, maupun reputasi.
“Guru harus tampil percaya diri dan berwibawa di hadapan murid. Untuk itu negara hadir,” tegasnya.
Kementerian Pendidikan bahkan telah menandatangani nota kesepahaman dengan Kepolisian Republik Indonesia mengenai penyelesaian damai (restorative justice) bagi perkara yang berkaitan dengan proses mendidik baik dengan murid, orang tua, komunitas, maupun pihak eksternal.
Pidato Menteri juga menegaskan bahwa guru memiliki misi profetik. Mereka bukan hanya pengajar akademik, tetapi sosok teladan yang hadir dalam kehidupan murid tempat berbagi, mentor dalam kesulitan, dan sahabat dalam perjalanan menuju kedewasaan.
Di tengah meningkatnya persoalan anak muda kecanduan gawai, judi online, konflik keluarga, krisis moral, hingga tekanan sosial kehadiran guru semakin vital.
“Untuk tugas mulia itu, guru membutuhkan stamina intelektual, sosial, dan moral yang prima, tegar di tengah tantangan zaman,” pesan Abdul Mukti seperti disampaikan Michael.
Dalam momen peringatan tersebut, Michael menyampaikan apresiasi mendalam terhadap para pendidik. Ia menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan daerah tidak terlepas dari kerja senyap para guru yang membentuk karakter generasi muda.
Michael menyinggung capaian membanggakan Kabupaten Kepulauan Sangihe pada ajang olahraga tingkat daerah, di mana atlet-atlet muda Sangihe menunjukkan kualitas luar biasa.
“Kita meraih hasil yang luar biasa, memperoleh 24 medali emas, 19 medali perak, dan 40 medali perunggu. Dan saya sangat membanggakan, dari total 2.239 atlet yang bertanding, 75 persen adalah siswa dan mahasiswa dari 24 cabang olahraga yang diikuti oleh kontingen Sangihe,” ujar Michael.
Menurutnya, prestasi ini membuktikan bahwa generasi muda Sangihe unggul bukan hanya dalam akademik, seni, budaya, tetapi juga dalam olahraga.
“Mereka memiliki potensi besar mewakili daerah dalam level kompetisi yang lebih tinggi,” kata Michael.
Dalam sambutannya, Michael lalu kembali ke perjalanan pribadinya sebagai siswa. Ia menuturkan bahwa dirinya adalah anak didik para guru Sangihe.
“Saya adalah produk pendidikan Bapak-Ibu guru sejak tahun 1994 sampai 2003. Saya merupakan utusan siswa teladan SMP Negeri 1 Tabukan Utara tahun 2002,” ungkap Michael.
Baginya, pengalaman itu menjadi bukti bahwa pengabdian guru adalah investasi jangka panjang.
“Apa yang bapak ibu korbankan hari ini, baik mendidik maupun membentuk karakter anak-anak kita, pasti akan berguna 20-30 tahun kemudian. Bukan tidak mungkin, anak-anak dari Bapak-Ibu guru sekalian akan menjadi pemimpin di daerah ini,” kata Michael.
Atas dasar itu, dirinya menyampaikan penghormatan tertinggi kepada seluruh tenaga pendidik.
“Saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh guru atas dedikasi dan pengorbanan tanpa batas. Kepada kepala sekolah dan tenaga pendidikan atas komitmen pelayanan, serta kepada seluruh guru dan siswa yang terus mengharumkan nama Sangihe. Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2025,” tandas Michael.














