Kontras.id (Gorontalo) – Jika biasanya transaksi jual beli di pasar selalu menggunakan uang, ditempat ini agak beda dan unik. Tepat di Jalan Khalid Hasiru Dusun III, Desa Huntu Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, setiap hari Minggu pagi, sekitar pukul 07.00 sampai 09.30 wita para pengunjung pasar diwajibkan berbelanja menggunakan koin yang terbuat dari tempurung.
Pasar ini tak jauh beda dengan pasar lainnya di Provinsi Gorontalo. Bedanya, dagangan yang didagangkan di pasar ini adalah hasil dari kebun dan sawah warga Desa Huntu, seperti padi, ubi jalar, pisang, jagung, kelapa, dan sagu.
Pasar ini disebut Pasar Seni Warga dengan tema Energi Desa Huntu selatan, digagas oleh kelompok perkumpulan Perupa Gorontalo dan komunitas seni yang tergabung dalam Huntu Art Distrik dan disponsori PLN Peduli.
Diketahui Huntu Art Distrik merupakan wadah bagi perupa Gorontalo dan Komunitas seni yang mulai beraktivitas sejak tahun 2017. Wadah ini sebelumnya pada tahun 2018-2019 pernah menggas kegiatan seperti studio lukis dan ukir, Pesta Seni Panen Padi, Maledungga I dan II.
Salah satu penggagas kegiatan Awaluddin menjelaskan, maksud pelaksanaan Pasar Seni Warga sebagai program edukasi berlatarkan seni rupa dan karya yang berbentuk pelatihan, lokakarya dan kerja seni lainnya yang bersinergi dengan alam.
“Kegiatan kami memang berfokus pada kelestarian lingkungan dan kearifan lokal. Desa ini sejak dulu mempunyai potensi, kami hanya membantu mengemasnya dengan kegiatan seperti ini,” ujar Awaluddin, Minggu 20/09/2020.
“Tujuannya sebagai sarana promosi potensi desa, pengembangan kreativitas warga, peningkatan daya saing desa, pelestarian adat, tradisi, budaya dan lingkungan. Selain itu, sebagai wadah berjejaring antar perupa, masyarakat dan mendorong pertumbuhan minat, apresiasi dan dukungan terhadap seni rupa,” sambung Awaluddin.
Khusus program Pasar Seni Warga kata Awaluddin, pedagang lokal harus menjajakan kuliner khas Gorontalo yang diproduksi oleh warga Desa Huntu Selatan, tanpa menggunakan kantong plastik sekali pakai maupun uang sebagai transaksi.
“Pasar Seni Warga ini kita kembalikan seperti diera tahun 40an. Kuliner yang disajikan khas Gorontalo, sperti bubur sada, kopi kampung, keyabo, popolulu, apang colo, onde-onde, janda kenari, sabongi, aliwada, curuti, colombengi, dumalo, sukade, dan ilepa’o,” ucap Awaluddin.
“Jadi sebelum belanja pengunjung diharuskan melakukan penukaran koin tempurung terlebih dahulu dipintu masuk area pasar. Per satu keping tempurung dibayar Rp 6.000,” terang Awaluddin.
Kata Awaluddin, alasan penggunaan koin tempurung sebagai alat tukar di Pasar Seni Warga untuk menghindari penyebaran Covid-19 melalui uang dari masyarakat. Selain itu penyelenggara juga menerapkan protokol kesehatan bagi pengunjung yang masuk ke area pasar.
“Banyak orang menyebut penyebaran Covid-19 dapat terjadi melalui uang, untuk itu kami (penyelenggara) mengambil inisiatif menggunakan koin tempurung sebagai alat tukar,” kata Awaluddin.
Ia menambahkan, selain Pasar Seni warga pihaknya juga telah menyelenggarakan enam jenis program Energi Desa di tahun 2020, diantaranya Workshop Kriya Seni, Pasar Seni Warga Tanpa Plastik Sekali Pakai, Studio Pangan Lokal Warga, Pembuatan Buku Katalog Pameran Seni Rupa, dan Penambahan Fasilitas Penunjang Kegiatan Seni.
“Alhamdulillah antusias masyarakat diluar dugaannya. Meski program ini baru, pasar ini terbilang cukup ramai didatangi pembeli,” pungkas Awaluddin
Sementara itu Manager PLN UPDK, Gatut Pujo Pramono didampingi Manager Bagian SDM UPDK Gorontalo, Reynold Gobel menatakan, suport PLN dalam kegiatan ini sebagai bentuk komitmen dalam pembangunan masyarakat melalui proses bisnis seperti pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.
“Semoga dengan bantuan CSR PLN Peduli bagi Komunitas Masyarakat Huntu Art Distrik dalam memberdayakan masyarakat desa pada kegiatan edukasi workshop karya seni, pasar seni dan studi pangan yang sehat dapat berdampak nyata terhadap pencapaian desa yang sehat dan sejahtera,” pungkas Gatut.
Penulis : Rollink Djafar
Redaktur : Anas Bau