Example floating
Example floating
DaerahHeadline

Pemuda Pecinta Alam Bersihkan Perbatasan Sulut-Gorontalo, Sindir Pemerintah yang Dinilai Abai

×

Pemuda Pecinta Alam Bersihkan Perbatasan Sulut-Gorontalo, Sindir Pemerintah yang Dinilai Abai

Sebarkan artikel ini
Organisasi Remaja Generasi Pecinta Alam Mohobatu
Para pemuda yang tergabung dalam Organisasi Remaja Generasi Pecinta Alam Mohobatu bersih-bersih di kawasan perbatasan Sulawesi Utara dan Gorontalo tepatnya jalur masuk Kabupaten Bolmut dan Kabupaten Gorut pada Minggu, 31 Mei 2025,(foto Istimewa).

Kontras.id, (Bolmut) – Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Organisasi Remaja Generasi Pecinta Alam Mohobatu menggelar aksi bersih-bersih di kawasan perbatasan Sulawesi Utara dan Gorontalo, tepatnya di jalur masuk antara Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) dan Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), Minggu 31 Mei 2025.

Aksi ini digelar sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi lingkungan di perbatasan dua provinsi yang tampak tidak terurus, dengan tumpukan sampah di pinggir jalan serta gapura perbatasan yang dipenuhi coretan dan kotoran.

“Kami prihatin dengan kondisi ini. Perbatasan ini seharusnya bersih dan rapi, bukan jadi tempat penumpukan sampah,” ujar Rafli, salah satu peserta aksi, kepada Kontras.id, Senin 02/06/2025.

Dalam kegiatan tersebut, mereka menyisir kawasan yang selama ini luput dari perhatian petugas kebersihan. Mereka memungut sampah plastik, botol bekas, dan berbagai limbah rumah tangga lainnya yang dibuang sembarangan oleh pengguna jalan maupun warga sekitar.

Tak hanya itu, para peserta juga membersihkan gapura perbatasan Provinsi Sulawesi Utara yang selama ini terbengkalai tanpa perawatan.

Koordinator aksi, Delon Patilima, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar pembersihan lingkungan, tetapi juga bentuk kritik terhadap minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap kawasan strategis seperti perbatasan provinsi.

“Kami, para pemuda turun tangan karena tidak ada aksi nyata dari pemerintah. Ini bukan lagi soal teknis, ini soal komitmen dan tanggung jawab,” tegas Delon.

Ia menyebut, ketiadaan tempat sampah, papan larangan membuang sampah, hingga kurangnya pengawasan menjadi indikasi lemahnya pengelolaan lingkungan di titik penting yang seharusnya menjadi wajah daerah.

“Kawasan perbatasan ini adalah etalase daerah. Tapi yang terlihat justru kekumuhan dan sampah. Ini bukan hanya soal kotor, tapi soal citra pemerintah,” kata Delon.

Delon menambahkan, pemuda tidak bisa terus-menerus menjadi pihak yang turun langsung tanpa dukungan sistematis dari pemerintah. Ia mendorong adanya sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, pelaku usaha lokal, dan organisasi kepemudaan untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.

“Harus ada edukasi lingkungan yang serius, pengadaan fasilitas kebersihan, serta sanksi tegas bagi pembuang sampah sembarangan. Jangan biarkan kami terus memungut sampah yang seharusnya bisa dicegah dari hulu,” ujar Delon.

Meskipun kegiatan bersih-bersih ini tidak serta-merta menyelesaikan persoalan sampah di perbatasan, Remaja Generasi Pecinta Alam Mohobatu berharap langkah kecil ini bisa menggugah kepedulian masyarakat dan memantik respons nyata dari pemerintah.

“Aksi ini simbol bahwa kami peduli. Jika pemuda bisa bertindak tanpa anggaran dan wewenang, seharusnya pemerintah yang punya kekuasaan dan fasilitas bisa berbuat lebih,” tandas Delon.

Share:  
Example 120x600