Example floating
Example floating
DaerahHeadlineHukum

Dinilai Tak Mampu Ungkap Pelaku Teror Terhadap Aktivis, Kapolri Didesak Copot Kapolda Gorontalo

×

Dinilai Tak Mampu Ungkap Pelaku Teror Terhadap Aktivis, Kapolri Didesak Copot Kapolda Gorontalo

Sebarkan artikel ini
Jendral Sigit
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo,(foto Istimewa).

Kontras.id, (Gorontalo) – Aksi kekerasan terhadap aktivis mahasiswa kembali mengguncang Gorontalo. Sejumlah mahasiswa yang aktif mengkritik pertambangan emas tanpa izin (PETI) di daerah tersebut kini menjadi korban teror yang diduga terencana, memperburuk situasi demokrasi di Indonesia.

Salah satu korban adalah Harun Alulu, Koordinator Daerah BEM Nusantara Gorontalo, yang terluka parah akibat serangan fisik oleh orang tak dikenal. Serangan ini terjadi segera setelah unjuk rasa damai mahasiswa menentang maraknya tambang ilegal di wilayah itu. Meskipun aksi berlangsung damai, insiden kekerasan tersebut terjadi, menandai bahwa serangan tersebut kemungkinan besar telah dipersiapkan sebelumnya.

Misbah, Koordinator BEM Nusantara Gorontalo, menyatakan bahwa serangan ini lebih dari sekadar kekerasan fisik, tetapi juga bagian dari upaya membungkam suara kritis mahasiswa.

“Kami melihat langsung bagaimana teman-teman kami diteror dengan sangat brutal. Ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga serangan terhadap kebebasan berpendapat. Jika dibiarkan, maka demokrasi di Gorontalo akan punah,” ujar Misbah, Jumat 16/05/2025.

Baca Juga: Video Aktivis Gorontalo Dikeroyok Orang Tak Dikenal Beredar di Media Sosial

Ia menambahkan, Polda Gorontalo terkesan tidak menunjukkan upaya serius dalam menangani kasus ini, bahkan seolah membiarkan premanisme terus merajalela.

“Jika Kapolda Gorontalo tidak bisa memberikan rasa aman, lebih baik beliau dicopot saja. Kami meminta Kapolri dan Presiden untuk turun tangan,” tambah Misbah.

Tuntutan yang sama disampaikan oleh Pengurus Pusat BEM Nusantara melalui Mahshun Fuad, Koordinator Isu Sosial dan Politik. Mahshun menganggap serangan terhadap mahasiswa sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan penghinaan terhadap prinsip demokrasi.

“Kami mendesak Kapolri segera mengevaluasi dan mencopot Kapolda Gorontalo. Jika negara tunduk pada premanisme dan abai terhadap kekerasan terhadap aktivis, maka kita mundur jauh dari semangat reformasi,” tegas Mahshun.

Baca Juga: Koordinator BEM Nusantara Gorontalo Diserang 4 Orang Tak Dikenal, Upaya Pembungkaman Kritik?

Insiden ini memunculkan kesadaran akan lemahnya penegakan hukum dan pengawasan terhadap praktik pertambangan ilegal di Gorontalo. Negara dianggap absen dalam memberikan perlindungan terhadap hak warga negara untuk hidup di lingkungan yang aman dan sehat.

Serangan terhadap aktivis ini telah memicu solidaritas dari mahasiswa dan organisasi masyarakat sipil yang menuntut pengusutan tuntas terhadap pelaku dan aktor intelektual di balik teror ini, penegakan hukum terhadap keberadaan tambang ilegal yang merusak lingkungan dan memicu konflik, dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja aparat yang gagal melindungi hak-hak konstitusional warga.

Baca Juga: Satu Lagi Aktivis Mahasiswa Gorontalo Penentang PETI Diserang Orang Tak Dikenal

Insiden ini menunjukkan betapa rentannya kebebasan berpendapat di Indonesia. Demokrasi hanya dapat terwujud jika ada ruang aman bagi pengkritik, tanpa kekerasan atau intimidasi.

Jika aparat negara tidak segera bertindak tegas, maka publik berhak mempertanyakan komitmen mereka terhadap keadilan dan hak asasi manusia.

Share :  
Example 120x600