Kontras.id, (Bolmut) – Lonjakan harga bahan pokok seperti beras dan rempah-rempah di Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), mulai menekan daya beli masyarakat. Para petani menjadi pihak yang paling terdampak.
Kenaikan harga ini terjadi di tengah situasi krisis pertanian akibat serangan hama yang meluas. Sejumlah petani mengaku mengalami gagal panen, dan kualitas padi menurun drastis.
“Petani di Bintauna sedang dalam kondisi sulit. Harga kebutuhan pokok naik, hasil panen rusak karena hama. Tapi sampai hari ini, belum ada solusi dari pemerintah,” ujar Ading Pongoliu, mantan Ketua KPMIBU kepada Kontras.id, Kamis 24/07/2025.
Menurut Ading, pemerintah sempat menyalurkan beras ke masyarakat. Namun, bukan dalam bentuk bantuan. Beras tersebut dijual oleh pemerintah dengan harga di bawah pasar.
“Ini bukan bentuk kepedulian. Ini dagang atas nama kesusahan rakyat,” tegasnya.
Ading menilai langkah tersebut tidak menyelesaikan persoalan. Masyarakat butuh intervensi langsung: bantuan bibit, pengendalian hama, serta subsidi bahan pokok. Bukan skema dagang yang dibungkus kepedulian.
Di lapangan, para petani mengaku belum pernah didatangi penyuluh pertanian atau menerima bantuan apapun sejak gagal panen melanda awal Juli lalu.
“Padahal kami sudah lapor, tapi tetap tidak ada gerakan nyata,” keluh seorang petani Bintauna, yang enggan disebut namanya.
Warga pun berharap Pemkab Bolmut tak hanya hadir dalam acara seremonial, melainkan benar-benar tanggap terhadap situasi mendesak seperti ini.
“Kalau begini terus, lama-lama kepercayaan masyarakat bisa hilang,” kata Ading.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Dinas Ketahanan Pangan atau Dinas Pertanian Kabupaten Bolmut.
